Lapar dan Haus
Harris Cinnamon
Lapar dan haus sebentar lagi pasti akan kita alami. Ramadhan memang diciptakan Allah agar kita merasakan hal itu di dalamnya. Namun apakah kita harus menahannya? Ternyata tidak, justru sebaliknya kita itu memang harus lapar, harus haus? Kita harus merasa betapa kita sangat menginginkan makan, bahkan sangat menginginkan minum. Tapi makan dan minum justru bisa membatalkan puasa kita. Itu juga benar.
Lho jadi kita harus bagaimana? Untuk fisik, kita memang harus menahan agar tidak memasukkan apapun yang bersifat mengenyangkan nafsu perut dan nafsu birahi. Tapi untuk ruhani, kita tidak dipantang untuk memasukkan apapun yang mengandung nilai-nilai ibadah dan ketaqwaan kita. Karena itu kita harus menyantap makanan dan mereguk meminum dari segala sumber kaibaikan: dari bacaan Islami, dari ustadz-ustadz, dari guru agama,dll. Lebih-lebih selama ramdahan ini, kita harus tingkatkan rasa lapar dan haus kita untuk dapat mengisi ruhani kita, yang dapat mengenyakan dan melepaskan dahaga kita kelak dengan keindahan surga.
Membentangkan segala yang ada, disujudkan dengan sepenuh jiwa dan dengan kekhusyukan yang sempurna, dari dan kepada-Nya melalui semesta.
Ads1
28 Juli 2010
01 Juli 2010
Puisi
Terang Tanah
Harris Cinnamon
Aku melayang...mengalir...menjelajah...
tahajud...hening...witir...tenang...
sunnah mesjid...tahmid...
sunnah subuh...teduh...subuh...
sejuk...
Ya, Allah, terasa begitu dekat denganMu
tapi selalu merinduMu...
Selamanya bersamaMu.
Akangkah alangkahnya. Begitu!
Inginku. Inginku.
Pondok Gede, 28 Juni 2010
Harris Cinnamon
Aku melayang...mengalir...menjelajah...
tahajud...hening...witir...tenang...
sunnah mesjid...tahmid...
sunnah subuh...teduh...subuh...
sejuk...
Ya, Allah, terasa begitu dekat denganMu
tapi selalu merinduMu...
Selamanya bersamaMu.
Akangkah alangkahnya. Begitu!
Inginku. Inginku.
Pondok Gede, 28 Juni 2010
Langganan:
Postingan (Atom)
Lebih Jelas....Wajah Pemilik Site..
Menatap langit, menguak cakrawala, menyentuh cinta dengan sajadah jiwa
Boleh Dong Numpang Mejeng....
Mencoba menatap masa depan sebisanya, sesapanya...
Mejeng lagi tuh...duh ampun...
Ah....kayaknya cukup keren jugalah...
Gadis Aceh
Aku mengenal gadis ini dengan nama Ayu. Nama lengkapnya belum tahu. Tapi menurutku namanaya kurang mencerminkan etnik Aceh, padahal wajahnya sangat pribumi (khas wajah-wajah gadis Aceh). Wajahnya mengingatkan aku pada sosok Tjut Nyak Dhien. Tapi tentu dalam bayanganku, adalah saat Tjut Nyak Dhien masih belia. Selain itu, aku juga jadi terbayang pada para pemeran wanita film Ayat-Ayat Cinta. Menurutku, Ayu sangat pas untuk memerankan salah satu tokoh gadis dalam film garapan Hanung Bramantyo itu. Aku punya saran, kalau nanti ada yang akan membesut film religi Islam, sebaiknya mengikutkan Ayu untuk jadi salah satu pemerannya. Kalau tidak ada, aku sendiri pun berniat untuk mengorbitkannya menjadi salah seorang seleberitis Indonesia dengan wajah kedaerahan Aceh yang kental.