Ads1

04 Mei 2008

Catatan Cinnamon

Jagoanku di KDI
Harris Cinnamon

Aku mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu tim juri KDI (kontes Dangdut TPI), dimulai pada KDI 4 tahun 2007. Aku kebagian 4 kota, yakni Makassar, Surabaya, Jogyakarta dan Jakarta. Dari keempat kota audisi tersebut, aku cuma menemukan satu orang yang aku anggap layak menjadi bintang dangdut Indonesia, yaitu Frida. Frida adalah kontestan asal kota Solo, tapi ia ikut audisi Jogyakarta. Secara fisik, memang kurang meyakinkan. Wajahnya tidak terlalu cantik, tubuhnya gemuk, dan warna kulitnya gelap, cenderung hitam. Tapi ia mempunyai suara yang sangat bagus, punya warna dan karakter tersendiri, dan tone-nya bisa mencapai ketinggian 4 oktaf di atas nada aslinya. Selain itu ia memiliki gaya panggung yang cukup menarik. Meskipun tubuhnya gemuk, tapi goyangannya sangat lentur dan bisa kayang dengan kepala tanpa menyentuh lantai. Melihat kondisinya seperti itu, aku meyakininya ia bisa menjadi juara. Dan terbukti, ia menjadi juara kedua setelah Nurdin asal Majene, kota audisi Makassar yang menempati urutan pertama.

Tahun 2008, aku kembali menjadi juri audisi KDI 5. Sama seperti tahun kemarin, tahun ini aku kebagian 4 kota audisi. 3 audisi kota kecil (Aceh, Pontianak, Banten), dan 1 audisi kota besar (Palembang). Namun kali ini jagoanku cukup banyak, ada 6 orang. 1 dari Aceh (Niken), 1 dari Pontianak (Sonata), 1 dari Banten (Via) dan 3 dari Palembang (Okta, Mega dan Memey). Tetapi secara peringkat aku mengurutkannya sebagai berikut, Niken peringkat pertama, kedua Okta, ketiga Mega, keempat Sonata, kelima Via dan keenam Memey. Namun pada kenyataannya saat melalui pintu GERBANG KDI 5, dua orang gugur. Memey dan Via tidak bisa tembus ke babak kontes. Tapi empat orang lainnya bisa masuk ke babak kontes.

Aku agak kecewa atas tidak masuknya Memey dan Via ke babak kontes. Tapi itulah kenyataan dari setiap pertandingan atau perlombaan, selalu saja ada yang gugur dan ada yang berhasil. Sekarang masih ada empat orang jagoan-ku yang masuk ke kontes.

Melalui tulisan ini, aku hanya ingin mencatatkan naluriku, bahwa terkadang penilaianku itu meski tak selalu tepat, tapi terkadang pada akhirnya bisa menjadi kenyataan.

Tidak ada komentar:

Lebih Jelas....Wajah Pemilik Site..

Lebih Jelas....Wajah Pemilik Site..
Menatap langit, menguak cakrawala, menyentuh cinta dengan sajadah jiwa

Boleh Dong Numpang Mejeng....

Boleh Dong Numpang  Mejeng....
Mencoba menatap masa depan sebisanya, sesapanya...

Mejeng lagi tuh...duh ampun...

Mejeng lagi tuh...duh ampun...
Ah....kayaknya cukup keren jugalah...

Gadis Aceh

Gadis Aceh
Aku mengenal gadis ini dengan nama Ayu. Nama lengkapnya belum tahu. Tapi menurutku namanaya kurang mencerminkan etnik Aceh, padahal wajahnya sangat pribumi (khas wajah-wajah gadis Aceh). Wajahnya mengingatkan aku pada sosok Tjut Nyak Dhien. Tapi tentu dalam bayanganku, adalah saat Tjut Nyak Dhien masih belia. Selain itu, aku juga jadi terbayang pada para pemeran wanita film Ayat-Ayat Cinta. Menurutku, Ayu sangat pas untuk memerankan salah satu tokoh gadis dalam film garapan Hanung Bramantyo itu. Aku punya saran, kalau nanti ada yang akan membesut film religi Islam, sebaiknya mengikutkan Ayu untuk jadi salah satu pemerannya. Kalau tidak ada, aku sendiri pun berniat untuk mengorbitkannya menjadi salah seorang seleberitis Indonesia dengan wajah kedaerahan Aceh yang kental.