Ads1

02 Februari 2008

KACA JIWA

Andai Tangan adalah Tunas
Harris Cinnamon
E-mail:
harris.cinnamon@tpi.tv
harris.cinnamon@yahoo.com

24 Januari 2008, seusai shalat isya aku mengenakan sepatu di teras masjid An Nida' TPI. Tidak jauh dari aku duduk, ada juga seorang lelaki yang memiliki tubuh yang kurang sempurna. Cacat. Punggungnya bungkuk. Semula aku tak begitu perduli padanya, karena aku pikir dia hanya tamu Allah yang sejenak mampir untuk melaksanakan ibadah, sama seperti orang-orang lainnya. Tak lama kemudian, muncul temanku dari dalam masjid, dan duduk tepat di samping lelaki bungkuk itu. Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan kata-kata dengan bibir bergetar. "Pak, kalau saya minta uang bapak 300 ribu," pintanya kepada teman saya itu, "Bapak punya nggak?"Teman saya itu menoleh sejenak kepada saya, seolah minta pendapat.
Lalu ia berpaling lagi kepada lelaki itu, "Waduh, kalo sebanyak itu, nggak ada!" jawab teman saya.
"Saya diusir dari kontrakan saya, Pak," cerita lelaki cacat itu kemudian. "Sudah tiga bulan saya nggak bisa bayar. Sekarang ini, istri saya, saya titipkan di tempat teman saya. Sedang saya terpaksa pontang-panting mencari pinjaman, dan syukur-syukur ada yang bisa memberi saya secara ikhlas, supaya saya bisa membayar tunggakan kontrak dan bisa mengambil barang-barang saya yang ada di dalam kontrakan itu."
Aku yang mendengar itu tentu saja terenyuh. Sedih. Nuraniku terluka.Temanku tiba-tiba bangkit dan pergi setelah mengucapkan salam. Dan aku melihat betapa bertambah sedihnya lelaki itu.
Sepeninggal temanku, aku bergeser duduk mendekatinya."Saya dulu dagang bubur, Pak," dia kembali melanjutkan ceritanya kepada saya. "Tapi bangkrut, dan sejak saat itu seakan rejeki menjauh dari saya."Nuraniku makin terluka. Aku kemudian coba mereka-reka, ada berapakah uang yang ada di dalam dompetku. Ternyata ada pas Rp 300 ribu.Akhirnya, sekalipun nuraniku terluka dan sangat tak tega dengan segenap kesedihan yang dialami lelaki itu, masih juga aku tak berani mengeluarkan semuanya kepadanya sebagai sedekah. Sebenarnya dengan perhitungan seperti ini, nuraniku semakin terluka, tapi apa boleh buat daripada tidak memberi sama sekali."Pak, ini saya punya 250 ribu," ujar saya kemudian sambil menyodorkan uang pecahan Rp 50.000,-an sebanyak lima lembar. Ia menerima dengan tangan bergetar dan tangisnya pecah. Mataku dan jiwakupun turut menangis seketika. Takut ketahuan kalau aku juga menangis, -- setelah sejenak bertanya namanya, dia menyebutkan bahwa namanya Richard dan berasal dari Tasikmalaya, -- aku lantas pergi meninggalkannya. Setelah menjauh darinya terbetik di hatiku, akan indahnya balasan sedekah dari Allah. Tapi nuraniku yang terluka berkata lain, ya Allah betapa hinanya diriku ini, jika baru bisa memberi orang susah dengan 250 ribu saja, sudah meminta imbalan berkah...Ya, Allah, sungguh jika tangan yang memberi ini adalah tunas, yang bila diputus akan tumbuh tunas yang baru lagi, maka lebih baik kuputus tangan yang memberi itu, biar tumbuh tunas yang baru, tunas yang tidak pamrih....(pernah dipublikasin di www.wisatahati.com)

Tidak ada komentar:

Lebih Jelas....Wajah Pemilik Site..

Lebih Jelas....Wajah Pemilik Site..
Menatap langit, menguak cakrawala, menyentuh cinta dengan sajadah jiwa

Boleh Dong Numpang Mejeng....

Boleh Dong Numpang  Mejeng....
Mencoba menatap masa depan sebisanya, sesapanya...

Mejeng lagi tuh...duh ampun...

Mejeng lagi tuh...duh ampun...
Ah....kayaknya cukup keren jugalah...

Gadis Aceh

Gadis Aceh
Aku mengenal gadis ini dengan nama Ayu. Nama lengkapnya belum tahu. Tapi menurutku namanaya kurang mencerminkan etnik Aceh, padahal wajahnya sangat pribumi (khas wajah-wajah gadis Aceh). Wajahnya mengingatkan aku pada sosok Tjut Nyak Dhien. Tapi tentu dalam bayanganku, adalah saat Tjut Nyak Dhien masih belia. Selain itu, aku juga jadi terbayang pada para pemeran wanita film Ayat-Ayat Cinta. Menurutku, Ayu sangat pas untuk memerankan salah satu tokoh gadis dalam film garapan Hanung Bramantyo itu. Aku punya saran, kalau nanti ada yang akan membesut film religi Islam, sebaiknya mengikutkan Ayu untuk jadi salah satu pemerannya. Kalau tidak ada, aku sendiri pun berniat untuk mengorbitkannya menjadi salah seorang seleberitis Indonesia dengan wajah kedaerahan Aceh yang kental.